BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Gangguan
sistem pencernaan tidak secara langsung menyebabkan kematian bagi penderita.
Namun hal ini menyebabkan beberapa penderita mencari pertolongan medis. Salah
satu gangguan sistem pencernaan yaitu kolitis ulseratif.
Kolitis ulseratif merupakan penyakit radang kolon
nonspesifik yang umumnya berlangsung lama disertai masa remisi dan eksaserbasi
yang berganti-ganti. Nyeri abdomen, diare, perdarahan rektum merupakan gejala
dan tanda yang terpenting. Lesi utamanya adalah reaksi peradangan daerah
subepitel yang timbul pada basis kripte lieberkhun, yang akhirnya menimbulkan
ulserasi mukosa. Puncak penyakit ini adalah antara usia 12 dan 49 tahun dan
menyerang jenis kelamin laki-laki maupun perempuan.
Insiden
yang lebih tinggi dari kolitis ulseratif terlihat dalam orang kulit putih dan
orang-orang keturunan Yahudi.Kolitis ulseratif terjadi pada 35-100 orang untuk
setiap 100.000 di Amerika Serikat, atau kurang dari 0,1% dari populasi.
Penyakit ini cenderung lebih umum di daerah utara. Meskipun kolitis ulseratif
tidak diketahui penyebabnya, diduga ada genetik kerentanan komponen. Penyakit
ini dapat dipicu pada orang yang rentan oleh faktor-faktor lingkungan (Sylvia A.
Price & Lorraine M. Wilson, 2006).
B. Tujuan
Penulisan
Mahasiswa dapat :
1. Memahami
pengertian kolitis ulseratif dan penyebabnya.
2. Memahami
patofisiologi dan penatalaksanaan medis dan keperawatan pada kolitis ulseratif.
3. Melaksanakan
pengkajian keadaan kesehatan pada klien dengan kolitis ulseratif.
4. Menyusun
diagnosa keperawatan pada klien dengan kolitis ulseratif.
5. Membuat
rencana asuhan keperawatan pada klien dengan kolitis ulseratif berdasarkan
hasil pengkajian.
C.
Metode Penulisan
Dalam penyusunan
makalah ini penyusun menggunakan metode studi kepustakaan.
D.
Sistematika
Penulisan
BAB I : Pendahuluan :
A. Latar
Belakang
B. Tujuan penulisan
C. Metode
Penulisan
D. Sistematika
Penulisan
BAB II :
Tinjauan teoritis :
A. Konsep
dasar kolitis ulseratif
1.
Pengertian
2.
Anatomi dan fisiologi
kolon
3.
Etiologi
4.
Faktor yang
mempengaruhi kolitis
5.
Patofisiologi
6.
Manifestasi
klinik
7.
Komplikasi
8.
Penatalaksanaan
9.
Pemeriksaan
penunjang
10.
Pemeriksaan
diagnostik
B. Konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan
kolitis ulseratif
1.
Pengkajian
2.
Diagnosa keperawatan
3.
Perencanaan
BAB III : Penutup
A.
Kesimpulan
B.
Saran
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Konsep dasar Kolitis Ulseratif
1.
PENGERTIAN
Kolitis
Ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa
kolon dan rektum. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106).
Kolitis
Ulseratif adalah penyakit radang kolon nonspesifik yang umumnya berlangsung
lama disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti. (Sylvia A. Price
& Lorraine M. Wilson, 2006, hal, 461)
Kolitis Ulseratif adalah penyakit inflamasi primer dari
membran mukosa
kolon (Monica Ester,2002,hal,56).
Dari
beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Kolitis Ulseratif adalah
suatu penyakit inflamasi pada lapisan mukosa kolon dan rektum yang menyebabkan
luka atau lesi dan berlangsung lama.
2. ANATOMI DAN
FISIOLOGI KOLON
Usus besar atau kolon berbentuk saluran muscular
berongga yang membentang dari sekum hingga kanalis ani dan dibagi menjadi
sekum, kolon ( assendens, transversum, desendens, dan sigmoid ) dan rektum.
Katup ileosekal mengontrol masuknya kimus kedalam kolon, sedangkan otot
sfingter eksternus dan internus mengontrol keluarnya feses dari kanalis ani.
Diameter kolon kerang lebih 6,3 cm dengan panjang kurang lebih 1,5 m.
Usus besar memiliki berbagai fungsi, yang terpenting
adalah absorbsi air dan elektrolit.Ciri khas dari gerakan usus adalah
pengadukan haustral. Gerakan meremas dan tidak progresif ini menyebabkan isi
usus bergerak bolak-balik, sehingga memberikan waktu untuk terjadinya
absorbsi.Peristaltik mendorong feses ke rektum dan meenyebabkan peregangan
dinding rektum dan aktivasi refleks defekasi.
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam kolon berfungsi mencerna
beberapa bahan, membantu penyerapan zat-zat gizi dan membuat zat-zat
penting.Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang menyebabkan
dikeluarkanya lendir dan air sehingga terjadilah diare ( Lestari Sri,Amk, Agus
Priyanto, Amk, 2008, hal 60)
3.
ETIOLOGI
Etiologi
kolitis ulseratif tidak diketahui. Faktor genetik tampaknya berperan dalam
etiologi karena terdapat hubungan familial. Juga terdapat bukti yang menduga
bahwa autoimunnita berperan dalam patogenesis kolitis ulseratif. Antibody
antikolon telah ditemukan dalam serum penderita penyakit ini. Dalam biakan jaringan
limposit dari penderita kolitis ulseratif merusak sel epitel pada kolon.
Telah
dijelaskan beberapa teori mengenai penyebab kolitis ulseratif, namun tidak ada
yang terbukti. Teori yang paling terkenal adalah teori reaksi sistem imun tubuh
terhadap virus atau bakteri yang menyebabkan terus berlangsungnya peradangan
dalam dinding usus.
Menderita
kolitis ulseratif memang memiliki kelainan sistem imun, tetapi tidak diketahui
hal ini merupakan penyebab atau akibat efek ini, kolitis ulseratif tidak
sebabkan oleh distres emosional atau sensitifitas terhadap makanan, tetapi
faktor-faktor ini mungkin dapat memicu timbulnya gejala pada beberapa orang. (Sylvia
A. Price & Lorraine M. Wilson, 2006, hal, 462).
4.
FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KOLITIS
Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kolitis yaitu :
1) Faktor
genetik
Sebuah
genetik komponen ke etiologi kolitis ulseratif dapat didasarkan pada hipotesis
berikut :
a. Agregasi dari kolitis ulseratif dalam keluarga
b. Insiden etnis perbedaan dalam insiden
c. Penanda genetik dan keterkaitan
2) Faktor-faktor
lingkungan
Banyak hipotesis telah
dibesarkan kontribusi lingkungan kepatogenesis lingkungan kolitis ulseratif meliputi :
a. Diet
: sebagai usus besar terkena banyak zat-zat makanan yang dapat mendorong
peradangan, faktor-faktor diet yang telah dihipotesiskan untuk memainkan peran
dalam patogenesis dari kedua kolitis ulseratif dan penyakit crohn.
b. Diet
rendah serat makanan dapat mempengaruhi insiden kolitis ulseratif
c. Menyusui:
ada laporan yang saling bertentangan perlindungan menyusui dalam perkembangan
penyakit inflamasi usus.
5.
PATOFISIOLOGI
Kolitis ulseratif adalah penyakit
ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon dan rektum. Puncak
insiden kolitis ulseratif adalah pada usia 30 sampai 50 tahun.
Perdarahan terjadi sebagai akibat
dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu secara bergiliran, satu lesi
diikuti oleh lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai pada rektum dan akhirnya
dapat mengenai seluruh kolon. Akhirnya usus menyempit, memendek, dan menebal
akibat hipertrofi muskuler dan deposit lemak. (Brunner & Suddarth, 2002,
hal 1106).
Kolitis
ulseratif merupakan penyakit primer yang didapatkan pada kolon, yang merupakan
perluasan dari rektum. Kelainan pada rektum yang menyebar kebagian kolon yang
lain dengan gambaran mukosa yang normal tidak dijumpai. Kelainan ini akan
behenti pada daerah ileosekal, namun pada keadaan yang berat kelainan dapat terjadi pada ileum terminalis dan appendiks. Pada daerah
ileosekal akan terjadi kerusakan sfingter dan terjadi inkompetensi. Panjang
kolon akan menjadi 2/3 normal, pemendekan ini disebakan terjadinya kelainan
muskuler terutama pada kolon distal dan rektum. Terjadinya striktur tidak selalu didapatkan pada penyakit ini, melainkan dapat terjadi hipertrofi lokal lapisan muskularis
yang akan berakibat stenosis yang reversibel
Lesi patologik
awal hanya terbatas pada lapisan mukosa, berupa pembentukan abses pada kriptus,
yang jelas berbeda dengan lesi pada penyakit crohn yang menyerang seluruh tebal
dinding usus. Pada permulaan penyakit, timbul edema
dan kongesti mukosa. Edema dapat menyebabkan kerapuhan hebat sehingga terjadi
perdarahan pada trauma yang hanya ringan, seperti gesekan ringan pada
permukaan.
Pada stadium
penyakit yang lebih lanjut, abses kriptus pecah menembus dinding kriptus dan
menyebar dalam
lapisan submukosa, menimbulkan terowongan dalam mukosa.
Mukosa kemudian terlepas menyisakan daerah yang tidak bermukosa
(tukak). Tukak mula- mula tersebar dan dangkal, tetapi pada stadium yang lebih
lanjut, permukaan mukosa yang hilang menjadi lebih luas sekali sehingga
menyebabkan banyak kehilangan jaringan, protein dan darah. (Harrison, 2000, hal
161)
6.
MANIFESTASI
KLINIK
Kebanyakan
gejala kolitis ulseratif pada awalnya adalah berupa buang air besar yang lebih sering. Gejala yang paling
umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare berdarah. Pasien juga
dapat mengalami :
a.
Anemia
b.
Fatigue/
kelelahan
c.
Berat badan menurun
d.
Hilangnya nafsu
makan
e.
Hilangnya cairan
tubuh dan nutrisi
f.
Lesi kulit (
eritoma nodusum )
g.
Lesi mata (
uveitis )
h.
Buang air besar
beberapa kali dalam sehari ( 10-20 kali sehari )
i.
Terdapat darah
dan nanah dalam kotoran
j.
Perdarahan
rektum
k.
Kram perut
l.
Sakit pada
persendian
m.
Anoreksia
n.
Dorongan untuk
defekasi
o.
Hipokalsemia (Brunner
& Suddarth, 2002, hal 1106).
7.
KOMPLIKASI
a. Megakolon toksik
b. Perforasi
c. Hemoragi
d. Neoplasma malignan
e. Pielonefritis
f. Nefrolitiasis
g. Kalanglokarsinoma
h. Artritis
i.
Retinitis,
iritis
j.
Eritema nodusum (Brunner
& Suddarth, 2002)
8.
PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan
Medis
·
Terapi Obat - obatan
Terapi obat-obatan. Obat-obatan
sedatif dan antidiare/antiperistaltik digunakan untuk mengurangi peristaltik
sampai minimum untuk mengistirahatkan usus yang terinflamasi. Terapi ini
dilanjutkan sampai frekuensi defekasi dan kosistensi feses pasien mendekati
normal.
Sulfonamida seperti sulfasalazin
(azulfidine) atau sulfisoxazol (gantrisin) biasanya efektif untuk menangani
inflamasi ringan dan sedang. Antibiotik digunakan untuk infeksi sekunder,
terutama untuk komplikasi purulen seperti abses, perforasi, dan peritonitis.
Azulfidin membantu dalam mencegah kekambuhan. (Brunner & Suddarth, 2002,
hal 1107-1108).
·
Pembedahan
Pembedahan umunya digunakan untuk mengatasi
kolitis ulseratif bila penatalaksaan medikal gagal dan kondisi sulit diatasi,
intervensi bedah biasanya diindikasi untuk kolitis ulseratif. Pembedahan dapat
diindikasikan pada kedua kondisi untuk komplikasi seperti perforasi, hemoragi,
obstruksi megakolon, abses, fistula, dan kondisi sulit sembuh.(Cecily Lynn betz
& Linda sowden. 2007, hal
323-324)
b. Penatalaksanaan
Keperawatan
·
Masukan diet dan cairan
Cairan oral, diet rendah
residu-tinggi protein-tinggi kalori, dan terapi suplemem vitamin dan pengganti
besi diberikan untuk memenuhui kebutuhan nutrisi. Ketidak- seimbangan cairan
dan elektrolit yang dihubungkan dengan dehidrasi akibat diare, diatasi dengan
terapi intravena sesuai dengan kebutuhan. Adanya makanan yang mengeksaserbasi
diare harus dihindari. Susu dapat menimbulkan diare pada individu intoleran terhadap
lactose.Selain itu makanan dingin dan merokok juga dapat dihindari, karena
keduanya dapat meningkatkan morbilitas usus. Nutrisi parenteral total dapat
diberikan. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106-1107).
·
Psikoterapi
Ditunjukkan untuk menentukan faktor
yang menyebabkan stres pada pasien, kemampuan menghadapi faktor-faktor ini, dan
upaya untuk mengatasi konflik sehingga mereka tidak berkabung karena kondisi
mereka. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1108).
9. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
A. Gambaran Radiologi
·
Foto polos
abdomen
·
Barium enema
·
Ultrasonografi (
USG )
·
CT-scan dan MRI
B. Pemeriksaan Endoskopi ( Pierce A.Grace &
Neil.R.Borley, 2006, hal 110 )
10.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
·
Contoh feses (
pemeriksaan digunakan dalam diagnosa awal dan selama penyakit ) : terutama
mengandung mukosa, darah, pus dan organisme usus khususnya entomoeba
histolytica.
·
Protosigmoi
doskopi : memperlihatkan ulkus, edema, hiperermia, dan inflamasi.
·
Sitologi dan
biopsy rectal membedakan antara pasien infeksi dan karsinoma. Perubahan
neoplastik dapat dideteksi, juga karakter infiltrat inflamasi yang disebut
abses lapisan bawah.
·
Enema barium, dapat
dilakukan setelah pemeriksaan visualisasi dilakukan, meskipun jarang dilakukan
selama akut, tahap kambuh, karena dapat membuat kondisi eksasorbasi.
·
Kolonoskopi :
mengidentifikasi adosi, perubahan lumen
dinding, menunjukan obstruksi usus.
·
Kadar besi serum
: rendah karena kehilangan darah
·
ESR : meningkat
karena beratnya penyakit. Trombosis : dapat terjadi karena proses penyakit
inflamasi.
·
Elektrolit :
penurunan kalium dan magnesium umum pada penyakit berat. (Brunner
& Suddarth, 2002).
B.
Konsep
Dasar Asuhan Keperawatan Klien dengan Kolitis Ulseratif
1.
Pengkajian
1. Identitas
1) Identitas
pasien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, agama, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pemeriksaan, diagnosa medis.
2) Identitas
penanggung jawab
Meliputi
: Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan klien.
2. Keluhan
utama
Biasanya
pada klien yang terkena kolitis ulseratif mengeluh nyeri perut, diare, demam,
anoreksia.
3 Riwayat
kesehatan
- Riwayat
kesehatan sekarang
Perdarahan
anus, diare dan sakit perut, peningkatan suhu tubuh, mual, muntah, anoreksia,
perasaan lemah, dan penurunan nafsu makan.
- Riwayat
kesehatan dahulu
Untuk menentukan
penyakit dasar kolitis ulseratif. Pengkajian predisposisi seperti genetik,
lingkungan, infeksi, imunitas, makanan dan merokok perlu di dokumentasikan. Anamnesis
penyakit sistemik, seperti DM, hipertensi, dan tuberculosis dipertimbangkan
sebagai sarana pengkajian proferatif.
4. Pemeriksaan
Fisik
a) Keadaan umum
b) Vital
sign, meliputi
- Tekanan darah :
Dalam batas normal (120/80 mmHg)
- Nadi : Takikardia atau diatas normal (> 100
x/menit)
- Suhu : Klien mengalami demam (> 37,5o
C )
- Respirasi : Dalam batas normal (16- 20 x/menit)
c) Pemeriksaan
sistem tubuh
·
Sistem pencernaan :
- Terjadi pembengkakan pada abdomen
- Nyeri tekan pada abdomen,
- Bising usus lebih dari normal (normalnya
5-35 x/menit)
- Anoreksia
·
Sistem pernafasan :
Respirasi normal (16-20 x/menit).
·
Sistem kardiovaskuler :
Peningkatan nadi (takikardi)
·
Sistem neurologi :
- Peningkatan suhu tubuh (demam)
- Kelemahan
pada anggota gerak
·
Sistem integumen : Kulit dan membran mukosa kering dan turgornya jelek.
·
Sistem musculoskeletal :
Kelemahan otot dan tonus otot buruk
·
Sistem eliminasi :
- Pada saat buang air besar mengalami diare
- Feses
mengandung darah
d) Pola
aktivitas sehari-hari berhubungan dengan :
- Aspek biologi :
Keletihan, kelemahan, anoreksia, penurunan berat badan.
- Aspek psiko :
Perilaku berhati-hati, gelisah.
- Aspek sosio :
Ketidakmampuan aktif dalam sosial.
5. Pemeriksaan
Diagnostik
· Kolonoskopi,
ulserasi panjang terbagi oleh mukosa normal yang timbul di kolon kanan.
· Enema
barium disertai pemeriksaan sinar X dan sigmoidoskopi akan memperlihatkan
perdarahan mukosa disertai ulkus
· Analisis
darah akan memperlihatkan anemia dan penurunan kadar kalium
2.
Diagnosa
Keperawatan
Menurut Brunner & Suddarth, 2002,
hal 1108, diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul
pada pasien dengan kolitis ulseratif :
1.
Diare
berhubungan dengan proses inflamasi
2. Nyeri abdomen, berhubungan dengan peningkatan
peristaltik dan inflamasi
3. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh,
berhubungan dengan pembatasan diet,
mual,
dan malabsorpsi
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan.
3.
Perencanaan
·
Diagnosa 1 :
Diare berhubungan dengan proses inflamasi
Ø Definisi :
Pengeluaran feses lunak dan tidak bermasa ( Wilkson,
Judith M & Ahern,Nancy R.2009 )
Ø Tujuan :
Kebutuhan
cairan dan elektrolit dapat terpenuhi secara adekuat
Ø Kriteria
hasil :
- Turgor
kulit kembali normal
-
Input dan output
seimbang
- Membran
mukosa lembab
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
-
Awasi masukan dan keluaran, karakter dan jumlah
feses, perkirakan kehilangan yang tak terlihat misalnya berkeringat.
-
Kaji tanda vital (TD, nadi, suhu)
-
Observasi kulit kering berlebihan dan membran
mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian kapiler lambat
-
Pertahankan pembatasan per oral, tirah baring:
hindari kerja
Kolaborasi
-
Berikan cairan parenteral (infus)
-
Pemberian obat anti diare
|
-
Memberikan informasi tentang keseimbangan
cairan.
-
Hipotensi (termasuk postural), takikardia,
demam dapat menunjukan respon terhadap dan efek kehilangan cairan.
-
Menunjukan kehilangan cairan berlebihan atau
dehidrasi
-
Kolon distirahatkan untuk menyembuhkan dan
untuk menurunkan kehilangan cairan usus.
-
Cairan parenteral membantu mengganti cairan
elektrolit untuk memperbaiki kehilangan cairan.
-
Menurunkan kehilangan cairan dari usus
|
· Diagnosa 2 :
Nyeri abdomen, berhubungan dengan peningkatan peristaltik dan
inflamasi
Ø Definisi :
pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan
akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual / potensial/ digambarkan dengan
istilah seperti ( International Asociation for the study of pain ) : awitan
yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir
yang dapat diantisispasi atau dapat diramalkan dan durassinya kurang dari enam
bulan ( Wilkson, Judith M & Ahern,Nancy R.2009 )
Ø Tujuan :
Mengurangi rasa nyeri
dan meningkatkan rasa nyaman.
Ø Kriteria
hasil :
-
Klien tampak rileks
-
Klien tidak mengeluh
nyeri lagi
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
- Observasi
tingkat nyeri, lokasi nyeri, frekuensi dan tindakan penghilang yang
digunakan.
- Berikan
pilihan tindakan nyaman : dorong teknik relaksasi, distraksiaktifitas hiburan
Kolaborasi
-
Pemberian
obat analgetik
|
- Informasi
memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan keefektifan intervensi.
- Meningkatkan
relaksasi dan memampukan pasien untuk memfokuskan perhatian : dapat
meningkatkan koping
-
Dapat
membantu mengurangi nyeri
|
·
Diagnosa 3 :
Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh,
berhubungan dengan pembatasan diet,
mual, dan malabsorpsi
Ø Definisi :
Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan metabolik ( Wilkson, Judith M & Ahern,Nancy R.2009 )
Ø Tujuan :
Memenuhi
dan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Ø Kriteria
Hasil :
- Berat
badan meningkat
-
Pola eliminasi kembali
normal
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
-
Timbang berat badan tiap hari.
-
Anjurkan istirahat sebelum makan.
-
Berikan kebersihan oral.
-
Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen,
flatus (misalnya produk susu).
Kolaborasi
-
Pertahankan puasa sesuai indikasi.
-
Kolaborasi dengan tim gizi, untuk Tambahkan diet
sesuai indikasi misalnya cairan jernih maju menjadi makanan yang dihancurkan.
Kemudian protein tinggi, tinggi kalori dan rendah serat sesuai indikasi.
-
Berikan obat sesuai dengan indikasi.
-
Berikan nutrisi parenteral total, terapi IV sesuai
indikasi.
|
-
Memberikan informasi tentang kebutuhan diet atau
keefektifan terapi.
-
Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan.
-
Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan.
-
Mencegah serangan akut/eksaserbasi gejala.
-
istirahat usus menurunkan peristaltic dan diare
dimana menyebabkan malabsorpsi atau kehilangan nutrisi.
-
Memungkinkan saluran usus untuk mematikan kembali
proses pencernaan. Protein perlu untuk penyembuhan integritas jaringan.
-
Membantu dalam mengatasi masalah malabsorpsi
nutrisi.
-
Program ini mengistirahatkan saluran GI sementara
memberikan nutrisi penting.
|
·
Diagnosa 4 :
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan
Ø Definisi :
Ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk
melanjutkan atau menyelesaikan aktifitas sehari-hari yang ingin atau harus
dilakukan ( Wilkson, Judith M & Ahern,Nancy R.2009 )
Ø Tujuan :
Mengembalikan
kemampuan pasien dalam beraktivitas
Ø Kriteria
hasil :
Klien dapat
beraktivitas dengan normal kembali
Intervensi
|
Rasional
|
-
Memfasilitasi
aktivitas yang tidak dapat pasien lakukan.
-
Memberi
motivasi
-
Lakukan
latihan gerakan pada pasien
|
-
Dapat
membantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
-
Motivasi akan
memberi dorongan pasien untuk dapat melakukan aktivitas kembali.
-
Mengembalikan
kemampuan gerak pasien.
|
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kolitis ulseratif adalah penyakit
radang usus besar pada kolon dan rektum yang berlangsung lama yang menyebabkan
luka atau lesi. Penyebab kolitis ulseratif belum diketahui. Faktor yang
berperan dalam penyakit kolitis ulseratif adalah faktor genetik karena sistem
imun dalam tubuh terhadap virus atau bakteri yang menyebabkan terus
berlangsungnya peradangan dalam dinding usus. Faktor lingkungan juga
berpengaruh misalnya diet, diet rendah serat makanan dan menyusui. Gejala utama
kolitis ulseratif adalah diare, nyeri abdomen, tanesmus, dan perdarahan rektal.
Tindakan medis yang dilakukan dengan cara memberi terapi obat-obatan dan
dilakukan pebedahan. Sedangkan tindakan keperawatannya masukan diet dan cairan
dan psikoterapi.
B.
Saran
Sebagai perawat kita harus
mengerahui gejala-gejala yang ditimbulkan dari kolitis ulseratif. Sehingga
perawat tepat dalam membuat asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
kolitis ulseratif.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8.
Jakarta : EGC.
Cecily Lynn betz & Linda
sowden. 2007. Buku saku keperawatan
edisi 5. Jakarta : EGC.
Grace A.Pierce
& Neil.R.Borley.2006,
Ilmu Bedah, Jakarta : Gelora Aksara Pratama.
Harrison.
2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit
Dalam, Volume 4. Cetakan pertama, Jakarta : EGC
Price,
Sylvia A, Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Wilkson, Judith
M & Ahern,Nancy R.2009. Diagnosa Keperawatan. Jakarta :
EGC.
terima kasih infonya
BalasHapussekolah stikes
Makalah Manajemen Keperawatan Controling
Laporan Pendahuluan Atrial Fibrilasis AF
Materi Kebutuhan Dasar Manusia
Laporan Pendahuluan Keperawatan ADHF